Entri Populer

Rabu, 25 Juli 2012

Sekuntum Mawar Tak Bertuan

Teriknya matahari tak menyurutkan langkah ku untuk terus menapaki jalan berdebu yang menyesakkan dada karena walau bagaimanapun perjalanan ini harus terus berlanjut berpacu dengan buliran waktu yang terus menitik tanpa pernah berhenti.
Hampir tak ada rintangan yang tidak dapat aku lalui, mungkin karena tekadku untuk mencapai sebuah titik yang menjadi tujuan akhirku.
"Persinggahanku selanjutnya... posko 8 mungkin tak lama lagi kira-kira sebatangan rokok aku akan sampai disana..." gumamku
Namun sesuatu mengusik konsentrasiku, diantara riak ilalang disepanjang jalan tampak sekuntum mawar indah berwarna ungu namun tengah kelopaknya berwarna merah muda. Seakan berjuang diantara ilalang untuk mendapatkan secercah cahaya mentari, namun selalu tenggelam dihempas angin semilir meliukkan batangnya yang rapuh.



Sekeras apapun aku memalingkan wajah untuk kembali menapaki jalan, tetap saja sudut mata ini menangkap keceriaan sang mawar yang bermain dengan ilalang dan rerumputan liar.
Aku menghela nafas, menghentikan langkah dan coba mendekati mawar tersebut, menyingkap semua ilalang yang menghalangi.

Kini aku hanya berjarak beberapa jengkal dari sang mawar, perlahan kucoba menyentuh lembut kelopaknya yang ungu membiru, semerbak harum yang terbawa semilir angin seakan membimbing jemariku untuk menyentuh setiap keindahan kelopak sang mawar.

"Mengapa engkau berada ditengah ilalang, seakan tak bertuan namun tetap tampak terawat rapi indah mewangi" tanyaku pada sang mawar tanpa berharap jawaban karena aku tahu mawar itu hanya dapat berdiam diri mengikuti arah angin menyapa.

Tanpa terasa jemariku semakin kuat mencoba untuk memetik, dan memiliki sang mawar. Hingga suatu ketika aku baru tersadar, ternyata jemariku sudah tertancap dalam oleh duri yang menghiasi setiap ruas batang mawar seolah melindunginya dari para tuan-tuan tak tahu diri seperti layaknya diriku yang terlena oleh keindangan dan harum mewanginya sang mawar.

Kucoba melonggarkan genggaman jemariku, namun semakin kutarik semakin dalam menancap menembus kulitku. Daras segar mulai menetes disetiap tancapan duri sang mawar, terasa sangat perih dan getir hingga menembus ulu hati.

Perlahan aku berdiri, kulihat jemari tanganku, penuh dengan goresan dan tetesan darah yang mulai mengering. Tanganku tak hentinya gemetar walau kucoba menahannya. Menahan sakit dan perih.
Walau pahit kucoba tetap menyunggingkan senyumku yang paling manis seraya meminta maaf bahwa aku telah membuat kekeliruan yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.

Aku pun mundur perlahan dan kembali ke jalan setapak menuju posko 8 tempat persinggahanku.
"Maafkan aku, semoga engkau dapat cepat menemukan sosok yang dapat lebih memahami bagaimana merawat dan menjaga mawar seindah dirimu"

Aku coba terus berjalan seraya bergumam pada diriku sendiri "Keep moving forward, and never look behind..."

Ash Knight...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi dengan bebas dan bertanggung jawab, karena komentar anda adalah cerminan diri anda... terima kasih ya dah mengikuti blogku