Entri Populer

Kamis, 18 November 2010

Wabah Itu Bernama Tamak

Akhir-akhir ini, bangsa Indonesia kerap mendapat ujian dan cobaan yang begitu mendera, susul menyusul, dan tanpa ampun menghancurkan setiap sendi kehidupan masyarakat. Alam begitu murka karena tingkah laku rakyat Indonesia yang tidak kunjung sembuh dari sakit menahun dan bahkan sudah menjadi wabah. Sayang departemen kesehatan tidak memandang hal ini sebagai kejadian yang luar biasa.

Lihatlah bagaimana bobroknya moral wakil rakyat yang terus menerus mengumpulkan kekayaan pribadi/golongan dari uang negara dengan berbagai alasan dan trik preman pasar, apakah itu istilahnya kunjungan kerja, renovasi gedung, studi banding dan lain sebagainya. Begitu pula wabah telah merambah kepada para penegak hukum di negeri ini, begitu banyak kolusi, suap, dan permainan hukum yang mempermainkan harga diri bangsa. Tengok saja kasus terbaru dimana seorang Gayus yang dengan leluasa dapat melenggang berjalan-jalan di Bali padahal status dia adalah tahanan kejaksaan yang dititipkan di ruang tahanan Markas Komando Brimob, bandingkan dengan kasus divonisnya 1 keluarga buruh karena mencuri 3 butir semangka, itu pun semangka yang diambil untuk dimakan sendiri bukan dijual atau digunakan untuk memperkaya diri.

Kabar terakhir penyakit ini juga telah mewabah pada lapisan masyarakat paling bawah, tengok saja ketika pembagian jatah daging kurban. Orang yang mengaku miskin berbondong-bondong memenuhi setiap titik pembagian daging kurban, bahkan sampai terjadi kericuhan hanya karena membela 2 ons daging kurban. Yang lebih dhasyat lagi ada seorang bapak dari pekalongan sengaja datang ke masjid Istiqlal, menunggu jatah pembagian hewan kurban sebanyak 1 kg hingga rela tidur di area masjid, menggelandang dan berkata pada orang-orang bahwa dia adalah orang miskin.

Berapa banyak sih daging kurban yang dapat kalian masukkan kedalam perut ? perutku seharian ini diisi kambing semua, mulai kemarin malam gulai kambing, sekarang nasi goreng kambing (makasih buat mama yang udah masakin kambing jatah kurban hehehe) gak sampai 2 ons daging kambing yang masuk perut, kenapa harus "maruk" sih ? maruk itu istilahku yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah tamak, serakah, takut gak kebagian dan lain sebagainya. Pejabat negara, penegak hukum, kaum marjinal, buruh, pekerja, ibu rumah tangga, dan semua manusia di Indonesia dapatkah kalian sedikit merubah pola fikir yang seperti itu ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi dengan bebas dan bertanggung jawab, karena komentar anda adalah cerminan diri anda... terima kasih ya dah mengikuti blogku