Entri Populer

Kamis, 25 November 2010

Jejak Pudar di Ujung Jalan

Terik mentari tidak menyurutkan seorang bocah mengenakan seragam merah putih dengan asyiknya berjalan disepanjang sepasang kaki kecil menelusuri sungai kecil di jalan berdebu yang cukup ramai dengan hilir mudik orang-orang dengan kesibukan mereka masing-masing. Matanya tertuju pada sepotong kayu kecil yang sengaja dia hanyutkan dan imajinasikan bahwa seakan dia ikut berada dalam perahu kayu itu dengan tangguh berjuang melawan derasnya arus sungai. Sesekali kayu tersebut tersangkut tumpukan sampah, dan segera si bocah mencari ranting kayu yang cukup panjang untuk membetulkan lagi potongan kayu agar kembali mengikuti arus sungai.


Pelahan sosok tersebut memudar dan hilang dikejauhan, Kazuki menghela nafas dalam-dalam, seolah ingin mengisi setiap ruang dalam hati yang terasa sesak dan sempit oleh cerita-cerita sedih di penghujung tahun. Terkenang masa kecil, yang tergambar dalam sosok si bocah Kazuki hanya tersenyum pahit dan mengalihkan pandangannya menerawang pada kelamnya langit yang seolah ikut merasakan resah hati.

Sayup-sayup, dari kejauhan tempat bocah kecil itu menghilang terdengar celotehan yang tidak asing di telinga Kazuki. Sekilas terlihat gadis cantik berlari sambil membawa sekeranjang bunga mawar ungu, mendekati Kazuki yang masih bersantai di kursi roda yang terparkir di depan rumah.

Dengan susah payah, dia coba berdiri seperti yang selalu ia lakukan 10 tahun yang lalu. Namun kini kenyataan berkata lain, Tuhan telah mengambil sebagian hidupnya. Kazuki kini hanya bisa menghitung waktu dan menghabiskannya dengan merenungi atas apa saja yang pernah dia jalani selama hidupnya.

Wajah cantik dan bercahaya dengan sorot mata yang meredupkan hati siapapun yang melihatnya kini ada di depan Kazuki. Dia berkata "Kakek kenapa masih memaksakan diri untuk bangun ? biar aku antar kedalam ya, sepertinya hari ini bakal turun hujan lagi"

Kazuki kembali tersenyum kecut, dan pasrah ketika kursi roda di dorong kembali masuk kedalam rumah. Perlahan jemari tuanya meraih tangan sang gadis, tanpa kuasa untuk berbicara Kazuki coba mengungkapkan kebahagiannya dengan merasakan betapa hangat dan damai aura cinta kasih cucu tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi dengan bebas dan bertanggung jawab, karena komentar anda adalah cerminan diri anda... terima kasih ya dah mengikuti blogku