Entri Populer

Kamis, 25 November 2010

Idealisme Gombal

Antara iba, kasihan, takut, dan memandang rendah. Itulah pandangan beberapa orang yang sempat aku tanya tentang polisi lalu lintas (ini realitas di lapangan loh), sementara aku sendiri termasuk golongan yang cenderung mensikapi polisi lalu lintas sebagai orang yang patut dihormati dan dengan atau tanpa mereka pun kedisiplinan di jalan raya itu harus tetap dijadikan pedoman dalam berkendaraan.

Jujur aku membuat pengakuan selama 30 tahun umurku tidak pernah sekalipun aku mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM) tapi mohon diikuti dulu ceritaku kenapa aku tidak pernah berminat membuat SIM hingga sekarang sebagai salah satu pembenaran dari idealisme gombalku adalah...

-o0o-

Tahun 2009 aku pernah mengikuti test ujian SIM di kantor SamSat Jakarta, namun sayang dalam prosesnya tidak terlalu mujur. Bagi para pegawai dan penghuni daerah Samsat Jakarta aku adalah orang yang bodoh, tolol, idealis buntelan kentut. Karena aku tetap "keukeuh" (bahasa vulgarnya : keras kepala) tidak pernah mau bekerjasama dengan para oknum satuan disana untuk membuat SIM dengan jalur menembak.

Padahal jika saja bapak-bapak oknum itu tahu, setiap rupiah yang mereka makan dari hasil pemerasan ala mafia hukum seperti itu akan memakan hidup dan jiwa mereka perlahan-lahan. Belum lagi rezeki yang dia kasih kepada anak istri dari hasil maksiat seperti itu, lalu mendarah daging membentuk karakter setan berwujud manusia.

Ini realita loh bukan sebuah ancaman, karena punya kuasa apa aku berani mengancam? toh jika dibanding para penguasa hukum siapa sih Kazuki ini ? hanya seorang bodoh yang coba hidup aman-aman aja. Jadi inget juga waktu kebagian uang panas dari sebuah proyek dodol (dongo dan madol) gak banyak sih cuma 500.000,- lalu dalam relung hati ini terjadi pertarungan antara idealisme dan setan laknat. Apa aku terima ? atau aku tolak ? tapi masa sih aku tolak ? gak sopan banget guwe disodorin duit aku tolak ? hari geenee, nolak duit ?

Yaa, dengan tidak berdaya aku ambil juga duit panas itu, tapi aku usahakan sebisa mungkin uang tersebut tidak aku beri sama istri dan anak-anak dalam bentuk makanan. Aku selalu meyakini makanan yang dibeli dengan uang haram akan sangat lebih beracun daripada makanan yang sudah kadaluarsa selama 40 tahun sekalipun.

Itulah kenapa aku berwacana tentang idealisme gombal, tapi sungguh aku menikmati hidup dengan idealisme itu. Jikalau pun satu saat aku ditilang dikarenakan pelanggaran tidak mempunyai SIM apa boleh buat memang kenyataannya seperti itu koq. Sebagai catatan, biaya administrasi dan ujian pembuatan SIM sudah aku penuhi semua. Sorry ya aku bukan seorang yang dzalim yang mengambil jatah makan orang lain, cuma saja aku tidak beruntung karena setiap ujian SIM aku gagal dan kegagalanku bukan karena gak bisa tapi karena aku bodoh, tolol bin goblok gak mau masuk ke lingkaran setan mafia hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi dengan bebas dan bertanggung jawab, karena komentar anda adalah cerminan diri anda... terima kasih ya dah mengikuti blogku