Entri Populer

Selasa, 26 Juni 2012

Night Rider ala Gee

Jam digital di meja kerja Gee terlihat berkedip-kedip saat waktu menunjukkan pukul 00.30. Gee yang saat itu sedang asyik didepan laptopnya bergegas menutup semua program dan mematikan laptop. Sementara menunggu laptop tersebut benar-benar sudah mati, terlihat Gee membereskan charger dan perlengkapan kerjanya kedalam laci.


Dari lantai 2 terlihat sosok bayangan mendekatinya, yang ternyata satpam kantor seraya tersenyum dan menyapa Gee.
"Malam pak, mau ngingetin aja, udah jam setengah satu... tadi pak Gee kan titip pesan untuk dikabari"
"Oh iya pak, makasih... iya ini juga udah siap-siap"
"Tumben pak, sampe larut malem"
"Sekalian mau lanjut berangkat ke Bandung..."
"Oya, mau langsungan ke Bandung pak ? naik motor ?"
"hehehe iya, ah lagian udah biasa koq pak... dulu malah sering banget saya bolak balik Bandung naik motor. Enak kalo jalan malem gak banyak ngerem sama gak panas"

Gee terlihat sudah mengepak semua barang dalam tas gendongnya, lalu mengambil raincoat dari dalam laci.
"Kan gak hujan pak, koq jas hujannya udah dipake dari sekarang" tanya satpam
"Ini dia rahasia saya pak, kenapa jalan malam gak pernah ngedrop. Saya melawan dinginnya angin malam pake jas hujan apalagi saat lewat puncak efektif deh nahan angin malem"
"Oh, saya baru tahu pak..." ujar si satpam
"Makanya saya kasih tahu, dan satu lagi rahasia jas hujan bisa menghemat bensin"
"Oya, gimana caranya pak ?"
"Loh, bahan jas hujan saya ini kan parasit... hembusan angin dilewatkan sama jas gak menghambat laju motor. Emang keliatannya sepele tapi perbedaannya jelas terlihat kalo pake jaket bahan sama raincoat"
Pandangan mata si satpam tidak berkedip memperhatikan Gee yang sedang sibuk pakai jas hujan.
Tak lama berselang Gee sudah siap dengan perlengkapan biker's nya (biker's ala Gee).
"Oke deh pak, saya pamit pulang dulu ya... ati2 di kantor perasaan saya gak enak neeh"
"Owalaah pak Gee bikin saya jiper aja hahaha" seloroh satpam sambil ngakak.

-o0o-

Jalan aspal Jakarta Selatan malam itu yang sepi digesek oleh ban motor mas Gee menembus remang-remang kota yang dihiasi lampu penerang jalan.
"Oke Gee... jaga hasrat, jangan sampe narik motor lebih dari 60 km inget motor belom diservice dan udah harus ganti vanBelt" gumam Gee pada dirinya sendiri.

Malam ini Gee benar-benar tidak bisa narik motornya sampe gaspoll, terlihat cukup tersiksa juga karena dia harus rela disalip kiri kanan oleh mobil dan motor lainnya. Padahal Gee adalah karakter biker yang kecepatan rata-rata luar kota 70 km perjam.

Walau malam semakin larut, tapi kondisi jalanan luar kota menuju Parung tembus ke Bogor itu masih saja ramai oleh anak-anak muda yang bermotor-motor ria tanpa helm, berboncengan dengan para gadis yang kadang melebihi muatan (sampe empat orang dalam satu motor).
"Gila, udah gak pake helm... naek motor bertiga, mana cewek diapit ditengah-tengah... masalah koq dicari, kagak dicari pun masalah sudah mengintai setiap menit setiap detik" Tampak Gee mengomel-ngomel sendiri melihat kelakuan ABG-ABG galau yang sok jago.

-o0o-

Satu jam setengah lewat, akhirnya Gee berhasil melewati 1/3 perjalanannya memasuki kota Bogor menuju puncak. Hawa dingin perlahan mulai menembus setiap pori-pori kulitnya walau sudah dihadang oleh jaket yang terlapisi lagi oleh jas hujan.

Jalanan kota Bogor saat itu terlihat lebih lengang dibanding jalanan sepanjang jalur parung tadi. Tapi hal tersebut tidak mengurangi kewaspadaan Gee pada hal-hal yang mencurigakan. Karena yang sangat diwaspadai Gee di jalanan adalah, perampok, kendaraan ugal-ugalan, penyebrang jalan, dan yang paling paling paling dihindari adalah Polisi.
"Ya iya lah, orang guwe gak punya SIM dari sejak bisa naek motor (SMA) lagian salah sendiri bikin SIM dipersulit, mintanya malah musti nembak" Gumam mas Gee seolah tahu apa yang sedang diceritakan narator pada pembaca semua.
"Iya guwe nyimak lah semua narasi yang elo sampaikan Jukiiii..." gumam Gee, menimpali narator yang nampaknya kebingungan, yah sudahlah lanjut lagi ke cerita.

Malam di puncak 


Akhirnya Gee sampai juga ke jalur puncak, meninggalkan kota Bogor dengan selamat. Medan yang harus dilalui sudah sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Jalanan cenderung menanjak dengan kemiringan 20 hingga 35 derajat.

Kendala di jalanan puncak adalah ketika harus menghadapi truk-truk barang yang susah payah melaju menembus jalur menanjak dengan segala daya upayanya. Sesekali Gee harus menunggu saat yang tepat untuk menyalip dan walhasil dia harus rela disemprot oleh knalpot truk yang mengeluarkan material-material yang tidak jauh dari material yang dikeluarkan oleh asap rokok yang dihisap oleh Gee setiap hari.

-o0o-

Selang 30 menit kemudian, sampailah Gee di puncak pass, yang suasananya sangat indah. Remangnya malam dihiasi lampu dari sebuah mesjid megah diatas bukit menambah suasana semakin romantis (buat yang lagi berduaan, kalo yang lagi sendirian sih nasib jadinya).
"Kayaknya guwe perlu istirahat dulu, tangan kananku terus kesemutan sedari tadi" gumam Gee
Lalu Gee mulai mengurangi kecepatan motornya, dan berhenti di sebuah warung kopi dipinggir jalan tepat disamping masjid besar.
"bu, kopi item satu..." kata Gee ke penjaga warung
"Eh si akang baru keliatan lagi, Gak sekalian kopi bandrek aja kang...?" tawar si ibu warung SKSD seolah sudah kenal lama
"Emang ada ya bu? boleh deh, nyobain kopi bandreknya satu"
Sambil menyiapkan minuman, si ibu warung coba berbasa-basi sama Gee yang keliatannya ganteng kalo cahayanya remang-remang.
"Mau kemana kang?"
"Ke Bandung bu... biasa akhir pekan begini mo pelesiran cari angin sama cari hiburan"
"Jauh amat kang cari hiburannya ke Bandung" ujar si ibu warung sambil menyodorkan kopi bandrek yang baru diseduh.
"Sekalian pulang ke rumah orang tua..."
"oooh.... emang belum berkeluarga?"
"Yee si ibu nanya nya yang aneh-aneh aja, nanya yang lain aja deh bu..."
"hihihi, maap atuh kang jangan marah. Kalo hiburan mah disini juga banyak kenapa jauh-jauh" roman-roman nya si ibu mulai keliatan centil-centil gimanaa gitu.
"Set dah... perasaan guwe bener-bener gak enak neeh" gumam Gee
"Emang hiburan disini apa aja bu?" Pancing Gee
"Yaah si akang, kayak gak tahu aja. Disini kan banyak yang nawar-nawarin Villa, hiburan karaoke juga ada, diskotik ada tuh diatas arah yang mau ke Cipanas"
"Terus...?"
"Terus-terus ah si akang kayak tukang parkir..."
"Yaah kan namanya juga penasaran atuh bu, emang ada hiburan apa lagi masa cuma nyewain villa doang"
"Ohh, maksud akan selimutnya ? ada kalo akang mau mah..."
Jrengg... akhirnya keluar juga dari mulut si ibu penawaran yang sangat menarik.
"Sabaraha kitu bu ?" (Berapaan bu) ujar Gee memancing lebih dalam...
"Aah tergantung atuh kang, ada yang minta 500 ada juga yang minta 1 juta"
"Wew, gila aje... mendingan buat DP motor bu pengen enak sebentaran harga segitu"
"Si akang maunya berapa atuh... sok lah bisa ibu cariin yang 200an" tawar si ibu yang keliatannya mulai serius berharap dapet objekan dari laki-laki hidung belang.
"Bu, saya mah gak cari begituan... saya salah satu tipe cowok yang menghargai sebuah hubungan percintaan"
"ah si akang mah bohong, semua cowok bilangnya begitu... tapi kalo lagi pengen mah berani ngeluarin jutaan"
"Yaa gak semua kali bu, sama juga kayak perempuan... gak semua yang mau menawarkan dirinya buat dibeli"
"Iya deeh maaf atuh kalo ibu nawarin tadi" seloroh si ibu warung
"Iya gapapa bu, kan namanya pengetahuan mah bebas-bebas aja, nawarin juga hak ibu koq... saya juga bukan orang yang menilai jelek koq sama begituan saya sangat menghargai setiap profesi orang."
"Hehehe iya makasih atuh"
"Emang yang mau ibu tawarin siapa?"
"Ada, anak ABG kalo sukanya ABG ada juga yang udah professional..."
"Ada yang pernah nawar ibu gak?"
"Ada juga sih kang, emang si akang maunya sama sayah ?"
"Eits bukan begitu bu hehehe cuma nanya aja..."
"Yee si akang mah suka begitu" kata si ibu sambil bersungut-sungut hilang deh bonus dari cowok hidung belang malem itu karena ternyata kebetulan hidungnya mas Gee tidak sebelang hidung guwe naratornya hahaha.

Tak terasa obrolan sudah menghabiskan 3 batangan rokok, kopi bandrek pun tinggal ampas nya. Kondisi badan Gee nampaknya sudah kembali segar, akhirnya dia pamit pada si ibu warung sambil membayar kopi bandrek.

"Oke deh... selanjutnya, Cianjur here I come" diiringi starter motornya dihidupkan, Gee pun melanjutkan perjalanan menembus malam menuju Bandung kota sejuta kembang, sejuta kenangan...

BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi dengan bebas dan bertanggung jawab, karena komentar anda adalah cerminan diri anda... terima kasih ya dah mengikuti blogku