Refreshment

Tak terasa sewindu telah berlalu, kulihat kau begitu terlelap setelah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan ini. Kusentuh lembut jemarimu, dan perlahan kuraih jemari untuk kusentuhkan pada pipiku. Terasa hangat dan lembut, walau kutahu secara fisik sangat jauh dari kesempurnaan.
Sewindu sudah jemari ini telah merawatku, tanpa pernah mengeluh ataupun menolak. Aku yang telah lupa akan siapa adanya diriku, dengan segala superioritas egosentrisnya. Tak pernah mau mengakui keberadaanmu.

Dongkol Rasa Blunder

Sudah seminggu berlalu tapi tetap saja aku merasa dongkol dan blunder atas semua yang aku kerjakan. Rasanya semua tidak dalam porsi yang benar, menjengkelkan, annoying, dan yang pasti membuyarkan konsentrasi kerjaku. Aku mungkin bukan termasuk orang yang pandai menyembunyikan masalah, karena orang dapat melihat dari ekspresi wajahku yang terkadang murung, terkadang kusam bahkan kusut gak jelas.

Sekuntum Mawar Tak Bertuan

Teriknya matahari tak menyurutkan langkah ku untuk terus menapaki jalan berdebu yang menyesakkan dada karena walau bagaimanapun perjalanan ini harus terus berlanjut berpacu dengan buliran waktu yang terus menitik tanpa pernah berhenti.

Transformasi

Jam yang tergantung di dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari lewat, sementara Gee masih saja berkutat dengan dokumentasi dan laporan pekerjaannya. Raut wajahnya tidak seperti biasa, terkesan kusam dan kusut. Seolah ingin menyampaikan titik kelelahan yang sudah mencapai momentum akut.

Kebahagiaan

Jika seorang insan bertanya dimana letak kebahagiaan itu, ketahuilah bahwa kebahagiaan tidak pernah tergeletak sembarangan di pinggir jalan ataupun teronggok di tumpukan sampah yang menebar bau yang tidak enak.

Journey to Yogyakarta

Gee hanya termenung memandangi kosong layar laptop dihadapannya. Sesekali dia mengetikkan setiap kata pada tombol keyboard. Ini adalah hari pertama dia menjalankan tugasnya di kantor cabang Yogyakarta, mungkin selang 2 minggu kedepan dia harus sudah membiasakan dengan suasana baru ini.